Kamis, 31 Juli 2014

Rumahmu




Siang ini matahari tepat berada diatas kepalaku
Suara adzan terdengar memanggilku
Ku segera berjalan menuju rumahmu
Disekitar ku melihat nenek duduk didepan rumahnya
Kumenganggukan kepalaku dan tersenyum kepadanya
Nenek itu membalas isyarat salamku dengan senyumnya
Dari kejauhan kulihat seorang pemuda mengayuh sepedanya
Pemuda itu berpeci, mengenakan baju kokoh dan sarung
Ia hendak menuju rumahmu yang ada diujung kampung

Sesampainya di rumahmu
Kumelihat pemuda tadi berusaha memakirkan sepedanya
Sepeda tua tanpa jagang itu terlihat menyulitkannya
Acap kali terlihat ia berusaha membetulkan posisi sepedanya
Sementara didalam sana terdapat para sesepuh
Dibalik pintu kayu rumahmu yang terlihat rapuh,
Kulihat seorang diantaranya tengah menaruh peci
Dan seorang anak kecil menuju tempat wudlu dengan berlari

Kini kurasakan suasana yang sangat berbeda
Antara kota tempat tinggalku dan desa dimana ku tengah berada
Di kota memang ramai namun semua seolah hampa
Sedangkan disini, bagiku semua terasa istimewa
Seusai berkunjung ke rumahmu, aku merasa heran
Hambamu, mereka tersenyum dan mengajak ku bersalaman
Senyum dan jabat tangan itu membuatku terharu
Rasa yang jarang dirasakan oleh seorang mualaf sepertiku



Dosa Abadi

Tuhanku...
Beberapa hari lalu aku menemuinya di rumah sakit
Kudengar kabar bahwa bundanya mengalami koma
Aku tidak bisa diam saja mengetahui hal itu

Saat ku berjumpa lagi dengannya
Paras wajahnya masih sama seperti dulu
Dia terlihat mengenakan baju akademi perawat
Aku bahagia dia bisa menggapai impiannya

Dia tetaplah perempuan tegar seperti awal kali kumengenalnya
Tak terlihat sedikitpun ada keresahan di wajahnya
Hal itu membuatku tenang dan tidak mengkhawatirkannya
Namun, dibalik semua itu kau tahu masih ada beban pada diriku
Beban yang terus kuemban dan kuanggap sebagai dosa abadi
Mungkin karena ku lah dia kini melepas hijabnya
Dan mungkin karena ku lah dia kini berpaling darimu

Seandainya aku bisa mempertahankannya,
Seandainya aku tidak meninggalkannya,
Mungkin dia tidak akan bersama orang lain
Mungkin semuanya tidak akan seperti ini
Maafkanku yang tidak bisa melindunginya

Aku rasa kau telah mengetahuinya, tuhanku
Dialah alasan kenapa hingga kini...
Aku selalu menganggap diriku berlumuran dosa


Pesanku Padamu




Penciptaku, bolehkah aku bertanya padamu beberapa hal?

Apakah kini engkau murka kepadaku?

Bila kelak umurku telah berakhir, akankah malaikatmu masih sudi bertanya padaku?

Bila nantinya aku berada di alam kuburku, akankah aku bisa melihat wujudmu?

Ketika Munkar dan Nakir usai bertanya padaku, berapa lama kau akan menyiksaku?

Suatu saat bila aku bertemu denganmu, masihkah ada senyum di wajahku?


Penciptaku,

Jauh sebelum aku mengetahui semua jawaban dari pertanyaanku tadi,

Aku berharap kau ingin menjawab satu pertanyaanku,

Masihkah ada pintu hidayahmu untukku?



Bintang dan Dosa


Malam ini aku kembali dari perantauan


Dinginnya udara tak terasa asing lagi


Jalanan di sekelilingku terlihat gelap


Bertemankan jutaan titik cahaya bintang


Dengungan suara mesin lokomotif dan gesekan rel


Kulihat seorang temanku menghisap rokoknya


Tiga orang tertidur pulas di ujung gerbong


Seorang lainnya mengetuk-ngetuk pintu gerbong


Sedangkan diriku hanya terdiam merenung


Terus meratapi bintang yang seakan terus mengikutiku


Dalam hati nurani, ku seolah bertanya


Apakah dosa ini jauh lebih banyak dari jutaan bintang diluar sana


Tiba-tiba kawanku menggodaku dengan menyodorkan rokoknya


Kutersenyum padanya sambil menggelengkan kepalaku


Sembari kembali menikmati indahnya lukisanmu diatas sana




Ketika Hati Tiada Bernyali



Ya Khaaliq..

Hari ini ku kembali melakukan perjalanan

Nurani ini menuntunku ratusan kilometer jauh diluar sana

Pikiranku masih mengigau entah kemana

Kulihat iringan hambamu berlalu-lalang mencari berkah

Beberapa tempat nampak tidak asing lagi bagiku

Hingga sampailah aku pada suatu jalan

Jalan itu sempit dan dipenuhi dengan banyak lubang

Diujung jalan itu kulihat jembatan yang lebih sempit lagi

Sesaat sebelum menyeberangi jembatan itu

Kulihat kumpulan orang jauh diseberang

Puluhan orang itu berjalan beriringan

Enam orang diantara mereka memikul keranda

Beberapa anak kecil kulihat berlarian mengelilinginya

Tepat ketika mereka berpapasan denganku,

Ku hanya bisa menunduk tiada nyali melihat lafadzmu

Kemudian kudengar seseorang menceletuk

“Dia beruntung bisa meninggal setelah lebaran”

 Mendengarnya membuatku termenung

Orang tersebut pasti meninggal dalam keadaan fitrah

Jika ku ada di posisinya akankah ku mengalami hal yang sama ?

Apakah saudaraku sesama muslim sudah memaafkanku ?

Sudah cukupkah amal ibadahku untuk membendung dosa-dosaku ?

Ya Allah... hanya engkau yang mampu menjawab pertanyaanku