Di suatu masa,
aku berjalan di lorong gelap. Lorong panjang itu seakan tak berujung.
Kuberjalan dan terus berjalan tanpa tahu kemana ku kan menuju. Selama ku
menyusuri lorong itu kudengar gemuruh suara. Suara yang bahkan aku tidak tahu
suara apa itu. Suara-suara itu seakan memekik telingaku. Beberapa diantaranya
seakan tidak asing lagi di telingaku. Namun ku tidak bisa mengingatnya. Semakin
ku mencoba mengingatnya, suara itu semakin membuatku merasa resah.
Ku semakin
mempercepat langkahku, berharap akan menjumpai seseorang diujung sana. Bibir
serta badanku terus bergetar. Kumerasakan rasa takut yang teramat sangat. Ku
mencoba berteriak namun aku tidak bisa mendengar suaraku sendiri. Kumerasakan
bahwa mulut ini telah bergerak, tenggorakan ini telah meregang namun tak
sedikitpun ku bisa mendengar suaraku sendiri.
“Apakah aku
sudah meninggal?”
Kemudian ku
melihat suatu lapangan luas diluar ujung lorong tersebut, disana hanya terdapat
satu pohon besar dengan batang dan daun yang berwarna putih. Dibawah pohon
tersebut terdapat 2 orang nenek yang sudah renta. Seseorang dari kedua nenek
tersebut menggendong bayi. Nenek tersebut berkata kepadaku,
“Hilman, kenapa
kamu disini?”
“Kembalilah nak, kamu ditunggu ayah-ibumu”
“Kembalilah nak, kamu ditunggu ayah-ibumu”
Mendengar
ucapan nenek tersebut aku pun tidak bisa berkata apapun, yang kulakukan
hanyalah menggelengkan kepala dan menitihkan air mata. Sesaat kemudian aku
terbangun dan aku baru menyadari bahwa nenek tersebut adalah nenek ku yang
kudampingi sebelum beliau meninggal. Saat itu tidak ada seorang pun berada di
rumah selain aku dan nenekku. Nenek ku meninggal tanpa sakit apapun sebelumnya
sehingga tidak ada yang mengkhawatirkannya. Ketika ku terbangun, ku mencoba
mengingat suaranya dan mengingat semua dosa-dosaku. Ku hanya bisa duduk terdiam
melihat keluar jendela rumah sakit sambil berpikir bahwa mungkin itu sebuah
peringatan bagiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar