Selasa, 29 Juli 2014

Lorong Gelap




Di suatu masa, aku berjalan di lorong gelap. Lorong panjang itu seakan tak berujung. Kuberjalan dan terus berjalan tanpa tahu kemana ku kan menuju. Selama ku menyusuri lorong itu kudengar gemuruh suara. Suara yang bahkan aku tidak tahu suara apa itu. Suara-suara itu seakan memekik telingaku. Beberapa diantaranya seakan tidak asing lagi di telingaku. Namun ku tidak bisa mengingatnya. Semakin ku mencoba mengingatnya, suara itu semakin membuatku merasa resah. 

Ku semakin mempercepat langkahku, berharap akan menjumpai seseorang diujung sana. Bibir serta badanku terus bergetar. Kumerasakan rasa takut yang teramat sangat. Ku mencoba berteriak namun aku tidak bisa mendengar suaraku sendiri. Kumerasakan bahwa mulut ini telah bergerak, tenggorakan ini telah meregang namun tak sedikitpun ku bisa mendengar suaraku sendiri. 

“Apakah aku sudah meninggal?”

Kemudian ku melihat suatu lapangan luas diluar ujung lorong tersebut, disana hanya terdapat satu pohon besar dengan batang dan daun yang berwarna putih. Dibawah pohon tersebut terdapat 2 orang nenek yang sudah renta. Seseorang dari kedua nenek tersebut menggendong bayi. Nenek tersebut berkata kepadaku,

“Hilman, kenapa kamu disini?”
“Kembalilah nak, kamu ditunggu ayah-ibumu”

Mendengar ucapan nenek tersebut aku pun tidak bisa berkata apapun, yang kulakukan hanyalah menggelengkan kepala dan menitihkan air mata. Sesaat kemudian aku terbangun dan aku baru menyadari bahwa nenek tersebut adalah nenek ku yang kudampingi sebelum beliau meninggal. Saat itu tidak ada seorang pun berada di rumah selain aku dan nenekku. Nenek ku meninggal tanpa sakit apapun sebelumnya sehingga tidak ada yang mengkhawatirkannya. Ketika ku terbangun, ku mencoba mengingat suaranya dan mengingat semua dosa-dosaku. Ku hanya bisa duduk terdiam melihat keluar jendela rumah sakit sambil berpikir bahwa mungkin itu sebuah peringatan bagiku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar